Part I: Ghazwul Fikri
Palestina dibantai Israel?? Ko PBB diem aja??? “Apa kata dunia??”
– Hmm.. iya juga ya.. ko bisa-bisanya sih sebuah badan perdamaian dunia level Internasional diem aja ngeliatin ada Negara yang dibantai habis-habisan ama Negara lain tanpa jelas apa penyebabnya??
Jawabannya cuma 1 fren!
Yaitu kebencian kaum Yahudi dan Nasrani terhadap Islam..
– Oya?? Lho ko bisa gitu??
Karena :
“Dan Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).” Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah.”(QS. Al-Baqarah: 120)
“… Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu sampai kamu murtad (keluar) dari agamamu, jika mereka sanggup. …”(QS.. Al-Baqarah: 217)
– Huhu.. serem… Tapi Alhamdulillah ya, kita ada di Indonesia, jd aman dari serangan dari kaum yang merangin Islam itu..ya, mungkin setidaknya sampai saat ini kita masih aman. Bener ga??
Eits! Tunggu dulu! Amaan?? Ga kalee..! Justru kita kritis sekarang, kita lagi dijajah, dibantai!! Masa lo ga sadar??
– ?? oya?? Ga tuh,, dibantai?? Tapi kan ga ada perang disini, ga ada pertumpahan darah, ga ada tetembakan, ga ada bom!! Gimana cerita tuh??
Hahai! Hey! Bangkit dari tidurmu kawan! (ya iya lah, masa bangkit dari kubur? Mati aja belom.. Hhe) Hari gini perang masih pake kekuatan fisik? Udah ga mempan tuh! Dalam perjalanan sejarah udah tertoreh dengan tinta emas gimana dominasi generasi muda (remaja) dalam menyingkap dan membangun peradaban. Hampir semua pentas perubahan dunia tidak lepas dari campur tangan generasi muda, termasuk juga penghancuran peradaban Islam oleh pemuda Turki Kemal Attaturk. Merekalah tumpuan pancaran semangat idealisme kehidupan. Perhatikan gimana Rasulullah saw. merekrut para sahabat muda pada awal-awal penyampaian risalah Islam. Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah, Mush ab bin Umair, Ammar bin Yasir, Bilal dan yang lainnya. Ingat juga gimana para pemuda Indonesia mempelopori persatuan dan kesatuan lewat Sumpah Pemuda -nya. Perhatikan gimana arek-arek muda Surabaya mengasung keangkaramurkaan tentara sekutu-NICA dengan keperkasaan mereka di bawah sulutan takbir Bung Tomo. Lihat gimana para pemuda menjadi motor reformasi. Perhatikan bagaimana kualitas mereka di panggung sejarah.
Nah karena itu, Para kaum kafir bikin strategi buat ngelawannya. Dan akhirnya, bisa kita lihat sendiri, di zaman dan keadaan sekarang. Sepuluh atau lima belas tahun terakhir ini, remaja-remaja kota besar di Indonesia (bahkan kini merambah ke kota-kota kecil), menampakkan berbagai penyimpangan perilaku sosial dan seksual yang makin mengkhawatirkan. Budaya tawuran, perkelahian pelajar, yang kayaknya udah jadi penyakit warisan yang sulit disembuhin. Selama periode ini ratusan pelajar SMA/SMK (bahkan SLTP) menjadi korban, belum termasuk yang meninggal dunia dan aneka kendaraan bermotor dan bangunan yang ikut hancur. Gaya hidup remaja yang glamour, konsumtif, urakan dan cenderung west life (kebarat-baratan). Sulit dimengerti bahwa mereka ternyata mayoritas remaja muslim. Mereka terbenam dalam hingar bingar musik, pesta, cinta, dan perilaku yang destruktif. Gersang iman dan ketenangan jiwa. Belum lagi penyimpangan perilaku seksual mereka yang memprihatinkan.
– Iya ya.. emang apa penyebabnya?ko bisa sampai sebegitu parahnya ya?
GHAZWUL FIKRI
– Nah lho, apaan tuh??
Ghazwul Fikri itu artinya perang pemikiran (Ghazwul=perang, Fikri=Pikiran/pemikiran). Dengan strategi ini, mereka berusaha untuk membuat umat islam jadi ga punya moral, jauh dari Allah, mencabut Al-Quran dari hati kita, dan menumbuhkan rasa cinta terhadap materi dan seks. Dan sasaran utama mereka adalah … Para Pemuda!
– Oww Serem!! Kenapa pemuda? Ada apa dengan pemuda?
Karena pemuda-lah ujung tombak keberhasilan dan kemenangan-kemenangan Islam..
Dan antum tau, apa target mereka?
– Apa??
Mereka ingin menghilangkan keyakinan umat islam terhadap Al-Quran dan Sunnah, menghilangkan kebanggaan terhadap Islam, menghilangkan identitas muslim, menghancurkan persatuan umat, kekuatan dan kedudukan, dan menghilanghkan semangat jihad para Pemuda!
– Wuihh.. Kejam!! Jahat! Sadis! Anarkis! Komunis! Kapitalis! Keris! Buncis! Manggis!(lho ko jadi nyasar gini ya??hhe..) Ehtapi emangnya gimana cara mereka ngelakuin semua itu? Ko bisa jadi kayak gitu??
Nah itu dia ! Salah satunya nih ya:
Media Komunikasi Modern (TV) sebagai Alat untuk Menghancurkan Sebuah Generasi.
Pakar komunikasi Rogers & Shoemaker menyatakan bahwa komunikasi adalah proses pesan yg disampaikan dari sumber kepada penerima. Komunikasi yg menyebar melalui media massa akan memiliki dampak vertikal (mengalami taraf internalisasi/penghayatan) apalagi jika para tokoh (opinion-leaders) ikut menebarkannya. Sementara pakar komunikasi lain, Lazarfield menyatakan bahwa jalannya pesan melalui media massa akan sangat mempengaruhi masyarakat penerimanya.
Peran merusak dari media komunikasi modern, khususnya TV terhadap sebuah generasi menurut penulis dapat dilihat dari dua aspek sbb :
Aspek kehadirannya : Terjadinya perubahan penjadwalan kegiatan sehari2 dalam keluarga muslim dan muslimah. Sebagai contoh adalah, waktu selepas maghrib yang biasanya digunakan anak2 muslim/ah untuk mengaji dan belajar agama berubah dengan menonton acara2 yang kebanyakan tidak bermanfaat atau bahkan merusak. Sementara bagi para remaja dan orangtua, selepas bekerja atau sekolah dibandingkan datang ke pengajian dan majlis2 ta’lim atau membaca buku, kebanyakan lebih senang menghabiskan waktunya dengan menonton TV. Sebenarnya TV dapat menjadi sarana dakwah yang luarbiasa, sesuai dengan teori komunikasi yang menyatakan bahwa media audio-visual memiliki pengaruh yang tertinggi dalam membentuk kepribadian seseorang maupun masyarakat, asal dikemas dan dirancang agar sesuai dengan nilai nilai yg Islami.
Aspek Isinya : Berbicara mengenai isi yang ditampilkan oleh media massa diantaranya adalah mengenai penokohan/orang orang yang diidolakan. Media massa yang ada tidak berusaha untuk ikut mendidik bangsa dan masyarakat dengan menokohkan para ulama ataupun ilmuwan serta orang2 yang dapat mendorong bagi terbangunnya bangsa agar dapat mencapai kemajuan (baik IMTAK maupun IPTEK) sebagaimana yang digembar-gemborkan, sebaliknya justru tokoh yang terus-menerus diekspos dan ditampilkan adalah para selebriti yang menjalankan gaya hidup borjuis, menghambur-hamburkan uang (tabdzir) jauh dari memiliki IPTEK apalagi dari nilai nilai agama. Hal ini jelas demikian besar dampaknya kepada generasi muda dalam memilih dan menentukan gaya hidup serta cita-citanya dan tentunya pada kualitas bangsa dan negara. Produk lain dari Ghazwul Fikri yang menonjol dalam media TV misalnya, adalah porsi film film yang Islami yang hampir boleh dikatakan tidak ada, 90% film yang diputar adalah bergaya hidup Barat, sisanya adalah film nasional (yang juga meniru Barat), lalu diikuti film film Mandarin dan film film India. Hal ini bukan karena tidak adanya film film yg islami atau kurangnya minat pemirsa thd film film islami, karena penayangan film “the message” misalnya menimbulkan animo yg luar-biasa dikalangan masyarakat atau film seperti “Children of Heaven” mampu mendapatkan award untuk film anak budaya terbaik dunia. Tetapi masalahnya memang lebih karena tidak adanya political-will dikalangan pengelola stasiun TV yg ada.
Perlu diketahui, bahwa penjajahan melalui media komunikasi itu jauh lebih jahat dan berbahaya dari penjajahan fisik. Dari sisi biaya, peperangan fisik membutuhkan biaya yg sangat mahal, sementara peperangan media hanya membutuhkan biaya yg murah dan bahkan dapat dikembalikan (melalui iklan). Dari sisi persenjataan yg digunakan, peperangan fisik menggunakan berbagai senjata canggih yg mahal dan berat, sedangkan peperangan media cukup menggunakan film, diskusi topik dan iklan. Dari sisi jangkauan, peperangan fisik hanya dibatasi di front-front pertempuran saja, sementara penjajahan media bisa sampai ke setiap rumah jauh di pelosok pelosok dan di pedalaman. Terakhir dari sisi obyek, dalam peperangan fisik obyek merasakan dan mengadakan perlawanan, sementara melalui peperangan media obyek sama sekali tidak merasa dan bahkan menjadikan penjajahnya sebagai idola.
(http:/www.al-ikhwan.net)
Dan ada hal lain lagi yang mendukung gencarnya serangan mereka, yang membuat mereka semakin berhasil ngehacurin umat islam, ada 2 faktor, internal dan eksternal.
Internal: Jauhnya Al-Quran dan Sunnah dengan umat ( umat jarang mengkajinya); Tumbuh rasa rendah diri (ga bangga dengan islam); ikut ikutan trend/mode; umat terpecah belah.
Eksternal: Upaya penyesatan yang dilakukan oleh “musuh utama”(iblis); pergumulan abadi antara al-Haq dan al-Bathil (contoh: kasus tentang majalah play-boy, yang kelihatannya merupakan pembauran antara sebuah seni dengan … (ya tau sendiri lah..)
– Ooo begitu.. trus gimana doong? Apa yang harus kita lakukan agar kita menang melawan mereka??
Caranya.. Dengan bersikap mawas, berdisiplin melakukan filterisasi serta terus berjuang membebaskan teman-teman kita dari tipu daya yg luar-biasa hebatnya ini dengan mengembangkan pola Tarbiyah Islamiyah. Yaitu:
Build your Faith ( Back to Al-Quran & Sunnah)
Build your Sense of Haq ( Be a agent of Change)
Build your integrity (Be a moslem kaffah : Semangat Totalitas)
Build your knowledge ( Be a smart & creative moslem: Semangat Hijrah ; Jadi Subjek, bukan Objek ; Bersikap Pro-aktif)
Build moslem network & unity ( Be a leader & contributor)
Part II: Tarbiyah
Nah kita kan udah tau tuh kalau keadaan kita sekarang ini ga bisa didiemin bgitu aja.. kita harus bergerak! Menghapuskan kembali ke-jahiliyah-an (dengan segala kebodohan, kehinaan, kelemahan, dan perpecahan didalamnya) dan kembali membentuk UMAT TERBAIK (yang memiliki pengetahuan, kemuliaan, kekuatan, kekuatan, dan persatuan).
Saatnya kita ambil bagian dalam hal ini.
Saatnya kita berkontribusi untuk menjadi seorang khalifah di muka bumi ini!
Dengan bermodalkan Aqidah, Ahlaq yang baik, dan Ibadah yang kuat,,
Berprinsipkan iman yang sempurna, cinta yang mendalam, dan pengorbanan yang tulus,,
Kita bangun bersama sebuah kekuatan dalam menegakkan kebenaran!
Allohuakbar!!
Part III: Quantum Learning
“Belajar cara belajar”
Belajar cara belajar?? Ngapain??